FILOSOFI NGELIKAN ATAU BLAJARAN SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN ANTI KORUPSI DI MASYARAKAT
Ngelikan atau blajaran adalah pertunjukan kesenian rakyat atau sholawat jawa yang menggabungkan elemen-elemen seperti musik dengan lantunan islami dan kostum yang menarik.
Tradisi Ngelikan atau Blajaran merupakan kesenian tradisional yang digawangi oleh seorang pemangku adat bernama Kakek Singa yaitu suami dari Nenek Kadiman yang bermukim di Dusun Semurup, Desa Sijenggung. Dalam pernikahannya tersebut beliau memiliki dua orang anak yang bernama kastono dan sunardi yang juga ikut mempelajari budaya ngelikan atau blajaran dari sang maestro.
Kemudian pada tahun 1935 kedua anak dari Kakek Singa mendirikan sebuah kelompok kesenian untuk lebih memperdalam budaya ngelikan atau blajaran bersama beberapa orang temannya yang berjumlah kurang lebih lima orang. Melalui kelompok tradisional ngelikan atau blajaran tersebut maka berkembanglah kesenian tradisional itu sendiri di wilayah Desa Sijenggung dan sekitarnya.
Dalam prakteknya kesenian ngelikan atau blajaran menggunakan nada rendah dan juga nada sopran atau nada tinggi yang dinyanyikan dengan tangkas secara berkelompok menggunakan alat musik seperti kendang dan terbang sehingga orang jawa pada umumnya terbiasa menyebutkan nada sopran tersebut dengan istilah “Ngelikan atau Blajaran”.
Adapun makna atau pesan yang terkandung dalam Ngelikan atau Blajaran yaitu menggambarkan tinggi rendahnya kasta seseorang dalam bermasyarakat seperti yang tertuang di dalam syair atau lirik pada saat Ngelikan.
“Manunggaling Kawulo Gusti”
Bersatunya Raja( Pemimpin), dengan rakyatnya
Filosofi tersebut mempercayai bahwa hubungan pemimpin dengan rakyatnya adalah simetris. Atau bisa diartikan bahwasanya sebuah pemerintahan tanpa masyarakat yang harmonis maka tidak akan terwujud kehidupan yang sejahtera.
Nilai-nilai lainnya yang bisa kita pelajari dari budaya Ngelikan atau Blajaran juga menggambarkan kerukunan, kebersamaan, dan kegotongroyongan, serta mencerminkan situasi kehidupan nyata, termasuk dalam konteks pencegahan korupsi. Hal tersebut dapat disimpulakn dari tata cara melakukan Ngelikan atau Blajaran yang harus dilakukan secara bersama atau berkelompok dan penggunaan nada tinggi yang di dalamnya berisi gambaran semangat untuk menyerukan kedispilnan, keberanian, dan tanggung jawab. Melalui Ngelikan atau Blajaran , masyarakat Desa Sijenggung terus mengedepankan budaya kejujuran, integritas, dan transparansi.
Kirim Komentar